TikTok di Tengah Generasi Z: Hiburan, Pengetahuan, atau Ancaman?
Bengkulu,Siberspace– Siapa yang tidak mengenal aplikasi TikTok? Hampir semua kalangan, dari anak-anak hingga orang dewasa, mengenal bahkan aktif menggunakan aplikasi video pendek ini. Di Indonesia, TikTok menjadi salah satu platform media sosial paling populer saat ini.
Aplikasi buatan Tiongkok ini memungkinkan penggunanya mengunggah video berdurasi 15 detik hingga 10 menit. Beragam konten tersedia di dalamnya—mulai dari hiburan, edukasi, tips kehidupan, hingga laporan kejadian viral. Hal ini membuat TikTok menjadi ladang subur bagi para kreator konten untuk menyalurkan kreativitas mereka.
Salah satu pengguna aktif TikTok, Suci (21), mahasiswa asal Bandung, mengungkapkan bahwa TikTok sangat membantunya menemukan berbagai informasi dan hiburan ringan.
“Saya sering nonton tutorial masak, video edukasi singkat soal dunia kesehatan, dan juga kabar-kabar viral. TikTok bikin saya merasa lebih update,” ujarnya.
Namun, di balik popularitas dan manfaatnya, TikTok juga menuai berbagai kritik karena dampak negatifnya, terutama bagi anak-anak dan remaja. Dimas (16), pelajar SMA dan pengguna aktif TikTok, aplikasi ini bisa sangat adiktif.
“Kalau udah buka TikTok, bisa sampai dua jam gak kerasa. Scroll terus, tiba-tiba udah malam. Kadang jadi males belajar,” katanya.
Dampak Positif TikTok:
Meningkatkan kreativitas: Banyak pengguna belajar editing, storytelling, hingga public speaking dari membuat konten TikTok.
Sumber pengetahuan singkat: Video-video seputar tips memasak, memancing, menyelesaikan soal matematika, hingga tutorial teknologi sangat membantu banyak orang.
Media informasi cepat: Peristiwa viral atau kejadian penting bisa menyebar dengan cepat melalui TikTok.
Wadah kontrol sosial: Banyak kasus kejahatan atau perilaku tak terpuji terungkap berkat unggahan pengguna di TikTok.
Namun tidak bisa dipungkiri, ada juga dampak negatif dari aplikasi ini:
Kecanduan: Pengguna bisa menghabiskan waktu berjam-jam tanpa sadar.
Konten tidak pantas: Beberapa video berisi goyangan berlebihan, pakaian tidak sopan, hingga kata-kata kasar yang tidak cocok untuk anak-anak.
Obsesi terhadap popularitas: Demi mendapatkan banyak "likes" dan views, ada pengguna yang nekat melakukan aksi konyol bahkan membahayakan diri sendiri.
Pakar psikologi digital dari Universitas Indonesia, Dr. Mia Rosita, menyarankan agar orang tua lebih bijak dalam memberi akses gawai kepada anak-anak.
“Pengawasan dan edukasi digital sangat penting. Anak-anak harus dibimbing agar bisa menggunakan media sosial dengan bijak,” jelasnya.
Media sosial memang sudah menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari. Mulai dari TikTok, Instagram, Facebook, hingga YouTube, semua memberikan ruang bagi setiap individu untuk berekspresi. Namun, bijak dalam menggunakan teknologi adalah kunci utama agar manfaat yang diperoleh lebih besar daripada mudaratnya.
Mari kita saling mengingatkan dan menjaga generasi muda dari dampak negatif dunia digital yang tak terbendung ini.
Reporter : Ahmad jaya
Editor : Melinda
- 250101 views